RUANG REFLEKSI MEMAHAMI REALITA DALAM FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Nama               : Cintya Meriska Adistyara  

NIM                 : 1860207222061

Mata Kuliah     : Filsafat Pendidikan Islam


Ruang Refleksi Memahami Realita dalam Filsafat Pendidikan Islam 

Oleh : Cintya Meriska Adistyara ( NIM. 1860207222061)

     A. Pentingnya Belajar Filsafat Pendidikan Islam bagi Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam sangat penting untuk dipelajari, khususnya bagi mahasiswa dengan Program Studi Manajemen Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Filsafat pada umunya adalah pergeseran paradigma dari yang didasarkan mitos kemudian dialihkan ke logos. Filsafat sebagai induk dari ilmu pengetahuan, juga merupakan metode berfikir. Karena inti dari filsafat adalah berpikir, diantaranya berpikir kritis, sistematis, logis, radikal, dan universal maka akan banyak hal yang dijumpai dan dihadapi manusia yang perlu ditanyakan, diragukan, dan dipikirkan. Dengan filsafat, kita bisa memikirkan segala hal secara radikal ( mendasar, mendalam sampai ke akar akarnya ), sistematis ( runtut, terstruktur ) untuk bisa memperoleh kebenaran yang universal ( umum, tidak khusus ). Oleh karena itu keberadaan filsafat menjadi vital bagi hidup manusia. Setelah kita mengetahui pentingnya dari filsafat itu sendiri, kemudian masuk ke Filsafat Pendidikan Islam. Pada Filsafat Pendidikan Islam, kita belajar dengan pola dan sistem berpikir serta ruang lingkupnya berdasarkan pandangan Islam ( Al-Qur’an dan Hadis ). Dengan konsep filsafat tersebut, jika dihubungkan dengan pendidikan Islam maka akan memberikan pandangan tertentu tentang tujuan pendidikan menurut Islam. Dengan demikian, pentingnya kita belajar Filsafat Pendidikan Islam adalah kita sebagai mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan yang nantinya akan berperan dalam dunia pendidikan mampu berpikir secara kritis, sistematis, logis, radikal, dan universal mengenai pendidikan Islam, sehingga kita bisa memahami masalah masalah apa saja yang timbul, mempunyai pemikiran pemikiran baru dalam pendidikan Islam, dan bagaimana solusinya untuk peningkatan kualitas pendidikan Islam dengan berlandaskan Al-Qur’an dan Hadis.

 

     B. Point - Point Penting Selama Pembelajaran

Pada dasarnya, pengetahuan adalah segala sesuatu yang kita ketahui. Filsafat termasuk kedalam salah satu ilmu pengetahuan dan bahkan disebut induk pengetahuan. Filsafat Pendidikan Islam adalah usaha untuk berpikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal untuk mengetahui kebenaran, hakikat dari pendidikan Islam dengan berlandaskan ajaran Islam. Ruang lingkup filsafat ada 3 ( tiga ) yaitu, ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi adalah ilmu yang membahas tentang keberadaan sesuatu, epistemologi adalah serangkaian jalan yang ditempuh untuk mencari ilmu ( metode ), aksiologi adalah nilai guna / manfaat. Objek kajian dalam filsafat pendidikan Islam ada dua, yaitu objek material yang mengkaji tentang hakikat Tuhan, manusia, dan alam serta objek formal yang berbicara mengenai sudut pandang / point of view. Kegunaan dari Filsafat Pendidikan Islam adalah mengkaji dunia pendidikan Islam dengan filsafat dan senantiasa berpegang pada ajaran Islam dalam setiap pemikiran dan perbuatan, agar tujuan pendidikan Islam bisa tercapai dengan maksimal.

Tuhan dalam prespektif filsafat pendidikan Islam, pada dasarnya Tuhan memiliki dua sebutan, yaitu illaha  yang berarti dzat yang disembah dan rabbi  yang berarti dzat yang memelihara dan mendidik ( Sang Maha Mendidik ). Tuhan mendidik kita melalui Al-Qur’an yang ditafsirkan melalui filsafat. Selanjutnya adalah manusia dalam prespektif filsafat pendidikan Islam, manusia pada hakikatnya diciptakan sebagai hamba yang menguasai agama dan khalifah yang menguasai sains dan teknologi. Al-Qur’an memberikan sebutan manusia dalam tiga kata yaitu Al Basyar ( makhluk biologis ), Al Naas ( makhluk sosial ), dan Al Insan ( Psikologis dan spiritual ). Hakikat diciptakannya manusia dalam prespektif filsafat pendidikan Islam yaitu nativisme yang berarti perkembangan manusia sepenuhnya ditentukan oleh bakat alamiah yang ada dalam dirinya ( tidak perlu dididik ), empirisme berarti perkembangan dan pertumbuhan manusia sepenuhnya ditentukan oleh lingkungan, konvergensi adalah gabungan dari nativisme dan empirisme yang berarti manusia memiliki kapasitas dalam dirinya yang dapat dikembangkan jika ada mobilisasi, pembinaan, dan saran dari luar ( lingkungan ). Alam semesta dalam prespektif filsafat pendidikan Islam adalah perantara mendapatkan ilmu atau disebut laboratorium terbesar dari Allah SWT. Ilmu Pengetahuan dalam prespektif filsafat pendidikan Islam, menekankan terhadap ilmu ( sains ) Al-Qur’an dan Al Sunah mengajak kaum muslim untuk mencari dan mendapatkan ilmu dan kearifan, serta menempatkan orang orang yang berilmu pada derajat yang tinggi.

Etika keilmuan prespektif filsafat pendidikan Islam. Yang pertama etika pragmatis dalam pendidikan Islam, pragmatisme berasal dari kata pragma yang berarti praktik. Kata kunci pragmatisme adalah kebekerjaan ( dapat dipraktikkan ) dan kebermanfaatan. Teori pragmatisme mengemukakan teori apapun, pernyataan apa pun, selama dapat dipraktekkan dan dapat memberikan manfaat, maka itu adalah benar. Tokoh dalam teori ini adalah John Dewey dan Willian James dan metode pendidikan yang digunakan adalah learning by doing dan problem solving. Yang kedua etika positivisme dalam etika keilmuan, positivisme berasal dari kata positive yang berarti faktual / berdasarkan fakta. Kebenaran menurut positivisme apabila sesuatu itu logis, empiris, dan dapat dibuktikan melalui observasi ilmiah. Kebenaran suatu objek tidak boleh melebihi fakta fakta dan menolak metafisika ( menolak hal hal yang sifatnya abstrak dan tidak dapat dibuktikan secara ilmiah ) dan segala hal yang diluar fakta dianggap bukan pengetahuan. Yang ketiga adalah etika keilmuan pada zaman Renaissance dan Humanisme, renaissance berarti re birth ( terlahir kembali) dan humanisme adalah pandangan dimana manusia bisa mengatur dirinya dan dunia atau faham yang menginginkan agar manusia mendapatkan kebebasannya kembali pasca abad pertengahan. Etika keilmuan barat dan Islam terdapat suatu perbedaan, yaitu pada etika keilmuan barat bersifat value free ( tidak terikat agamau, adat, atau bersifat sekuler ) sedangkan pada etika keilmuan islam bersifat un value free atau kebalikan dari barat.

 Setiap pendidikan pasti mempunyai tujuan yang harus dicapai. Kedudukan tujuan pendidikan Islam sangat penting. Tujuan ini berfungsi untuk mengakhiri usaha, mengarahkan usaha, titik pangkal untuk mencapai tujuan yang lain, dan mengevaluasi / menilai. Tujuan dalam pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan umum yaitu hakikat manusia sebagai hamba dan khalifah, sedangkan tujuan khususnya adalah tujuan pendidikan nasional ( tujuan pendidikan yang ditetapkan negara ), tujuan institusional ( tujuan pendidikan yang ditetapkan lembaga pendidikan ), tujuan kurikuler ( tujuan pendidikan yang ditetapkan per kurikulum ), tujuan instruksional ( tujuan pendidikan yang ditetapkan per tatap muka ).

Pendidik dalam Filsafat Pendidikan Islam. Menurut Ahmad Tafsir, pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap berlangsungnya proses pertumbuhan dan perkembangan potensi anak didik baik potensi kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), maupun psikomotorik ( keterampilan ). Juga diatur dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 39 Ayat 2 yang berbunyi “Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi”. Pendidik dalam pendidikan Islam dan kedudukannya ada 6, yaitu Muallim ( ta’lim ), Muaddib ( ta’dib / adab, sopan satun, etika, pendidikan karakter, tata krama ), Murabbi ( tarbiyah / pengetahuan, akhlakul karimah, mendidik dengan kasih sayang seperti anak sendiri ), Mudarris ( guru setara dengan muallim ), Mursyid / Muzakki ( mengajarkan menyucikan jiwa, membersihkan batin agar tidak kotor agar ilmu dapat masuk ), Ustadz ( guru biasanya digunakan di Barat ). Pada profesionalitas dan kompetensi pendidik, ada kompetensi pendagogi ( dewasa ), kompetensi kepribadian, kompetensi sosial ( komunikasi ), dan kompetensi profesional ( pelaksanaan dalam pembelajaran ). Keutamaan pendidik diantaranya, memiliki ilmu yang bermanfaat, mendapat derajat yang tinggi di sisi Allah SWT, disamakan dengan pahala sedekah, dan menjadi manusia yang terbaik. Sifat pendidik yang baik adalah mengimplementasikan segala akhlakul karimah dan meneladani akhlak Nabi.

Tinjauan Filosofis Peserta Didik. Pada hakikatnya, peserta didik adalah makhluk yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan menurut fitrahnya masing masing. Mereka memerlukan bimbingan dan pengarahan yang konsisten menuju ke arah titik optimal kemampuan fitrahnya ( H. M. Arifin ). Sedangkan menurut Abudin Nata, peserta didik adalah orang yang belum dewasa, yang memerlukan usaha, bantuan bimbingan orang lain untuk menjadi dewasa, guna dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Tuhan, sebagai umat manusia, sebagai warga negara, sebagai anggota masyarakat, dan sebagai suatu pribadi atau individu. Dimensi dimensi peserta didik yang dikembangkan ada 7, yaitu dimensi fisik, rohani, akal, keberagaman, akhlak, seni, dan sosial. Akhlak yang harus dimiliki peserta didik adalah taqwa, zuhud, sabar, tekun, rendah hati, ridha, dan lain lain.

Kurikulum Pendidikan Islam. Kurikulum ( Manhaj ) atau dalam bahasa Yunani disebut curere berarti jarak tempuh pelari. Kurikulum adalah serangkaian jalan yang harus di tempuh untuk mencapai tujuan akhir / program pendidikan tertentu. Dasar kurikulum pendidikan Islam, yang pertama tentu saja didasari oleh agama Islam ( Al-Qur’an dan As Sunnah / Hadis), lalu dasar falsafah ( menggali secara mendalam dari Al-Qur’an dan ideologi bangsa tentang apa yang perlu dikembangkan), psikologi ( memperhatikan segala aspek psikologi, misalnya mempertimbangkan usia, bakat minat, cara belajar, dan lain lain ), sosial ( harus dinamis ). Ciri ciri kurikulum pendidikan Islam adalah integrated ( terpadu ), universal, balance ( seimbang ), mempertahankan fitrah dan bakat serta minat peserta didik, dan terbuka serta adaptif terhadap perubahan zaman. Cakupan kurikulum diantaranya, tujuan yang ingin dicapai, materi, metode mengajar, organisasi kurikulum, dan evaluasi. Kerangka yang menjadi pedoman penyusunan kurikulum pendidikan Islam adalah tauhid dan perintah membaca.

 

    C. Hal Menarik Selama Belajar Filsafat Pendidikan Islam

Selama tujuh pertemuan dalam pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam ini sangat menarik dan menyenangkan. Belajar Filsafat Pendidikan Islam yang awalnya belum pernah menerima materi seperti ini membuat saya bersemangat dalam pembelajarannya. Awalnya saya memandang filsafat sebagai sebuah ilmu yang menggiring pada sebuah keraguan tentang apapun itu, ternyata setelah mempelajari filsafat ini kita membutuhkan sisitem pemikiran yang kompleks sehingga semua keraguan keraguan itu bisa terjawab. Filsafat terdengar asing karena di jenjang pendidikan sebelumnya belum ada mata pelajaran filsafat, apalagi filsafat pendidikan Islam. Hal yang menarik disini adalah tentang arti dari filsafat itu sendiri yang menekankan pemikiran pada logika sehingga kita bisa berfikir lebih mendalam dan kritis tentang sesuatu sehingga menimbulkan banyak pertanyaan, keraguan, dan akhirnya bisa mendapatkan kebenaran atau solusinya jadi kita bisa menjawab pertanyaan pertanyaan yang selalu menghantui pikiran sebagaimana fitrah manusia yang mempunyai rasa ingin tau. Jadi, pemikiran pemikiran atau ide kita bisa lebih berkembang dari sebelumnya karena menggunakan logika. Yang menarik lagi adalah ketika dihubungkan dengan Pendidikan Islam, jadi pemikiran atau ide ide bukan hanya dilandaskan logika dan intelektual tetapi juga moral dan spiritual / berlandaskan Al-Qur’an dan As Sunnah / Hadis. Materi - materi yang ada pada pembelajaran Filsafat Pendidikan Islam juga sangat menarik karena beberapa diantaranya adalah materi baru yang belum pernah dipelajari sebelumnya, misalnya tentang pendidik, pendidikan, dan peserta didik dala prespektif Filsafat Pendidikan Islam.

 

    DHarapan Setelah Mempelajari Filsafat Pendidikan Islam

Setelah selama setengah semester mempelajari Filsafat Pendidikan Islam, saya pribadi berharap agar kedepannya bisa lebih memahami materi materi yang akan disampaikan agar kita semua memiliki pemahaman yang utuh sehingga bisa  menggunakan ilmu ini sebagai landasan atau acuan dalam proses pembelajaran atau nantinya ketika kita menjadi bagian dari pelaksana pendidikan, bisa lebih kritis dan aktif selama pembelajaran dikelas, bisa menjawab pertanyaan pertanyaan yang timbul setelah mempelajari Filsafat Pendidikan Islam, memberikan penalaran yang logis, bisa mengimplementasikan ilmu ilmu yang telah di dapat dalam kehidupan sehari hari, dan saya berharap agar pembelajarannya dikemas lebih menyenangkan lagi. 

Terimakasih, tulisan ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam yang diampu oleh Ibu Lailatuz Zuhriyah, M.Fil.I. Semoga tulisan ini bisa bermanfaat sebagaimana mestinya. Mohon maaf apabila ada kesalahan penulisan kata atau istilah dan lain sebagainya.

Komentar